Menggali Peluang Ekspor untuk Produk dari Bambu
Warta Ekspor, DJPEN/MJL/002/12/2011 Edisi Desember, Kementerian Perdagangan RI
Indonesia
merupakan negara penghasil bambu yang cukup besar. Banyak manfaat yang
diambil dari pohon bamboo, terlihat dari produk-produk yang dihasilkan.
Setiap propinsi di Indonesia mempunyai tanaman bambu, baik tumbuh secara
liar, ataupun sengaja ditanam di lahan perkebunan.
Bambu merupakan kekayaan hutan bukan kayu
yang merupakan bagian dari kekayaan sumber daya hutan Indonesia. Bambu
dapat menjadi salah satu alternatif dalam pengurangan penggunaan kayu di
hutan yang semakin terbatas keberadaannya. Di desa-desa, pemanfaatan
bambu seringkali terlihat pada perlengkapan rumah tangga. Namun,
sekarang makin berkembang menjadi berbagai macam keperluan industri,
sehingga bagi masyarakat di pedesaan dikategorikan sebagai penunjang
utama
perekonomian masyarakat desa.
Beberapa kemudahan dari bamboo, antara
lain, penanamannya cukup dilakukan sekali saja karena bambu akan
berkembang biak dengan sendirinya dan mudah tumbuh pada habitat yang
sesuai dan selanjutnya dipanen sesuai dengan kebutuhan. Dalam
pertumbuhannya. tentunya tidak terlepas dari pengaruh kondisi
lingkungan tempat tumbuh, pola tanam dan teknik pemeliharaan yang
memadai.
Dengan demikian, faktor lingkungan
penting untuk diketahui agar dapat berproduksi secara optimal.
Peningkatan penggunaan beberapa jenis bambu menyebabkan tanaman bambu
rakyat tereksploitasi secara tidak terkendali tanpa diimbangi dengan
tindakan pembudidayaan. Soendjoto (1997) menyatakan bahwa salah satu
bentuk penurunan, pengrusakan dan pemusnahan ragam hayati adalah
pemanenan tanpa upaya budidaya, penebangan dan mengintroduksi jenis
baru. Belum membudayanya usaha pelestarian terhadap bambu disebabkan
tegakan-tegakan bambu yang umumnya hidup pada lahan-lahan rakyat
nampaknya masih dianggap cukup.
Selain itu, informasi dan pengetahuan
tentang budidaya jenis-jenis bambu masih sangat kurang, demikian pula
pengenalan terhadap jenis-jenis bambu yang ada di Indonesia serta
pemanfaatannya. Untuk itu, diperlukan suatu sarana pengembangan
tanaman bambu khususnya pada jenis-jenis yang umumnya telah digunakan
maupun yang belum dikenal oleh masyarakat namun mempunyai banyak
manfaat.
1. Lahan Topografi
Bambu tumbuh mulai dari dataran rendah
sampai dataran tinggi 100 – 2200 m di atas permukaan laut. Walaupun
demikian, tidak semua jenis bambu dapat tumbuh dengan baik di tempat
yang tinggi. Namun, pada tempat-tempat yang lembab atau yang kondisi
curah hujannya tinggi dapat mencapai pertumbuhan terbaik, seperti di
tepi sungai, di tebing-tebing yang curam. Pada tempat-tempat yang
disenangi, umur tanaman 4 tahun perumpunan sudah dapat terjadi secara
normal, yang mana jumlah rumpun sudah dapat mencapai 30 batang dengan
diameter ratarata di atas 7 cm.
Bentuk Topografi lahan pengembangan bambu
secara umum dapat dibagi 3 macam: berombak, bergelombang dan
bergunung. Satuan topografi berombak mempunyai kemiringan 3%–8%,
bergelombang 9%–15% dan bergunung > 30%.
2. Iklim
Umumnya tanaman bambu dapat tumbuh dengan
baik dan tersebar di mana-mana, walaupun dalam pertumbuhannya dapat
dipengaruhi oleh keadaan iklim. Unsur-unsur iklim meliputi sinar
matahari, suhu, curah hujan dan kelembaban. Tempat yang disukai
tanaman bambu adalah lahan yang terbuka di mana sinar matahari dapat
langsung memasuki celah-celah rumpun sehingga proses fotosintesis
dapat berjalan lancar, selain itu juga dapat mencegah tumbuhnya
cendawan yang akan mengganggu kesuburan tanaman bambu dan dapat
berakibat merubah warna bambu tersebut menjadi kurang baik.
Lingkungan yang sesuai untuk tanaman
bambu adalah bersuhu 8,8°C – 36°C. Tipe iklim untuk tumbuhan bambu
mulai dari A, B, C, D sampai E (mulai dari iklim basah sampai kering).
Semakin basah tipe iklim, makin banyak jenis bambu yang dapat tumbuh.
Sebab, tanaman bambu termasuk tanaman yang banyak membutuhkan air, yaitu
curah hujan minimal 1020 mm/tahun dan kelembaban minimum 76%.
3. Tanah
Jenis tanah di lokasi praktek mulai dari
tanah berat sampai ringan, dan mulai dari tanah subur sampai kurang
subur. Sementara itu, lembah merupakan tempat yang subur, sedangkan pada
bagian bukit yang didominasi oleh pasir yang rata-rata kandungan
haranya sangat rendah yang menyebabkan pada bagian ini kurang subur.
Sifat fisik tanah pada lokasi praktek dengan pH 5,11 dan memiliki
kandungan unsur hara makro (N dan K) dalam kondisi rata-rata rendah
sedangkan P yang tersedia dalam keadaan cukup sedangkan kandungan bahan
organik tanah juga sangat rendah yang rata-rata 1,81%. Rata-rata suhu
pada siang hari waktu musim penghujan adalah 21°C dengan kelembaban
mencapai 75,1%, sedangkan pada musim kemarau rata-rata suhu pada siang
hari dapat mencapai 25,83°C dan kelembaban udara rata 61 %.
PENGGUNAAN BAMBU
Di Indonesia terdapat lebih kurang 140
jenis bambu. Bambu merupakan tanaman yang memiliki manfaat sangat
penting bagi kehidupan. Semua bagian tanaman mulai dari akar, batang,
daun, kelopak, bahkan rebungnya dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam
keperluan. Untuk lebih jelasnya, berikut ini diuraikan manfaat bambu
ditinjau dari setiap bagian tanamannya.
Akar
Akar tanaman bambu dapat berfungsi
sebagai penahan erosi guna mencegah bahaya banjir. Tak heran, beberapa
jenis bambu yang banyak tumbuh di pinggir sungai atau jurang
sesungguhnya berperan penting mempertahankan kelestarian tempat
tersebut. Dengan demikian, bambu mempunyai arti yang penting dalam
pelestarian lingkungan hidup. Akar tanaman bambu juga dapat berperan
dalam menangani limbah beracun akibat keracunan merkuri. Bagian tanaman
ini menyaring air yang terkena limbah tersebut melalui serabut-serabut
akarnya. Selain itu, akar bambu mampu melakukan penampungan mata air
sehingga bermanfaat sebagai sumber penyediaan air sumur.
Daun
Masih banyak orang yang belum tahu, daun
bambu termasuk herba potensial. Kandungan flavonoidnya cukup tinggi. Di
Cina, ekstrak daun ini dimanfaatkan untuk melindungi jantung. Menurut dr
Handoyo, dokter umum di Jakarta, kadar asam turun lantaran daun bambu
kaya flavon. Flavon salah satu kelas dari flavonoid. Selain sebagai
salah satu sumber antioksidan, flavon juga berperan menghambat oksidasi
xantin menjadi asam urat.
Selama ini, bagian tanaman bambu yang
sering dimanfaatkan adalah batangnya. Daun dan bagian lainnya cuma jadi
limbah. Berbeda dengan yang berlaku di Cina. Di Negeri Tirai Bambu, daun
bambu justru memiliki sejarah pengobatan dan pangan yang panjang.
Manfaat daun bambu pertama kali diungkap dalam kitab Ming Yi Bie Lu
(Catatan Dokter Ternama), yakni untuk meluruhkan dahak serta meredakan
batuk dan susah napas. Khasiat lain di antaranya adalah menetralkan
racun dalam tubuh.
Kamus Besar Herbal Cina juga menuliskan
bahwa daun bambu berfungsi mengeluarkan panas, ampuh mengembalikan
cairan, dan bersifat diuretik (melancarkan air seni). Tahun 1998, daun
bambu dikategorikan oleh Badan Kesehatan Cina dalam daftar herbal alami
untuk obat dan pangan. Cara kerja daun bambu menurunkan kadar asam urat
mirip kemangi Ocimum basilicum var. anisatum. Tanaman yang kerap
dijadikan lalapan itu biasanya dihindari penderita gout lantaran memicu
naiknya kadar asam urat. Padahal, hasil riset secara in vivo yang
dilakukan dr Setyo Purwono MKes SpPD, kemangi justru ampuh menurunkan
kadar asam urat.
Batang
Batang bambu merupakan bagian yang paling
banyak digunakan untuk berbagai macam barang keperluan sehari-hari.
Batang bambu, baik yang masih muda maupun yang sudah tua, dapat
digunakan untuk berbagai macam keperluan. Berikut uraian beberapa jenis
bambu yang mempunyai manfaat dan nilai ekonomisnya.
1. Dendrocalamus Asper (Bambu Betung)
Bambu Betung sifatnya keras, baik untuk
bahan bangunan karena seratnya besar-besar dan ruasnya panjang. Bambu
ini dapat dimanfaatkan untuk saluran air, penampung air aren yang
disadap, dinding rumah yang dianyam (gedek atau bilik), dan berbagai
jenis barang kerajinan.
2. Gigantochloa Verticillata/Gigantochloa Pseudo Arundinacea (Bambu Andong)
Bambu Andong sebagian besar digunakan untuk membuat berbagai jenis kerajinan tangan, bahan bangunan, dan untuk chopstick.
3. Bambusa Vulgaris (Bambu Kuning)
Bambu Kuning digunakan untuk mebel, bahan
pembuat kertas, kerajinan tangan dan dapat ditanam di halaman rumah
karena cukup menarik sebagai tanaman hias serta untuk obat penyakit
kuning atau lever.
4. Bambusa Vulgaris (Bambu Tutul)
Bambu Tutul sebagian besar digunakan untuk furniture, untuk dinding, dan lantai rumah, serta untuk kerajinan tangan.
5. Gigantochloa Atroviolacea (Bambu Hitam)
Bambu Hitam sangat baik untuk pembuatan
alat musik seperti angklung, gambang, atau calung dan dapat juga
digunakan untuk furniture dan bahan kerajinan tangan.
6. Bambusa Multiplex (Bambu Cendani)
Batang bambu Cendani dapat digunakan
untuk tangkai payung, pipa rokok, kerajinan tangan seperti tempat lampu,
vas bunga, rak buku, dan berbagi mebel dari bambu.
7. Schizostachyum Blumei (Bambu Tamiang)
Bambu Tamiang paling cocok digunakan untuk sumpit, suling, alat memancing, dan kerajinan tangan.
8. Dendrocalamus Strictus (Bambu Batu)
Batang bambu Batu sangat kuat dan dapat digunakan untuk bahan baku kertas dan untuk bahan anyaman.
9. Gigantochloa Atter (Bambu Ater)
Batang bambu Ater biasanya digunakan
orang untuk dinding rumah, pagar, alat-alat rumah tangga kerajinan
tangan dan ada juga yang menggunakan untuk alat musik.
10. Dinochloa Scandens (Bambu Cangkoreh)
Bambu Cangkoreh dapat digunakan untuk
anyaman atau tempat jemuran tembakau dan untuk obat misalnya obat tetes
mata dan obat cacing.
11. Schizostachyum Brachycladum (Bambu Bali)
Karena penampilan tanamannya unik dan menarik maka bambu ini biasa digunakan sebagai tanaman hias.
12. Bambusa Ventricosa (Bambu Gendang)
Karena bentuk batangnya yang unik dan cukup menarik, bambu ini biasa digunakan sebagai tanaman hias.
13. Bambusa Glaucescens (Bambu Pagar)
Disebut juga Bambu China, Ukuran batang
dan daun bambu jenis ini lebih halus dari bambu Jepang. Namun berbeda
dengan kedua jenis bambu lainnya, bambu cina tumbuhnya lebih menyemak
dan batangnya mudah melengkung. Warna batangnya hijau muda, agak
kekuningan.
Bambu ini juga menarik sebagai tanaman
hias. Di Indonesia sekitar, 80% batang bambu dimanfaatkan untuk bidang
konstruksi. Selebihnya, dimanfaatkan dalam bentuk lainnya seperti
kerajinan, furniture, chopstick, industri pulp dan kertas, serta
keperluan lainnya.
14. Bambusa Atra (Bambu Loleba)
Bambu loleba dapat digunakan untuk dinding rumah, tali tongkat, bahan anyaman dan sebagai tanaman hias.
15. Arandinari Japonica (Bambu Jepang)
Jenis bambu ini mempunyai bentuk yang
khas dengan batangnya yang kecil dan daunnya yang halus. Ukuran daunnya
maksimal hanya sepanjang 10 cm. Warna batang dan daunnya hijau pucat.
Mirip seperti bambu kuning. Batang bambu Jepang juga tumbuh lurus. Ini
membuatnya cocok dijadikan pembatas atau berjajar di sepanjang dinding
atau pinggir jalan. Ketika sudah rimbun, bambu Jepang dapat dibentuk.
16. Schizostachyum Brachycladum (Bambu Talang)
Bambu Talang banyak digunakan untuk bahan
atap, dinding, dan lantai rumah adat Toraja. Selain itu, bambu talang
juga digunakan untuk rakit, tempat air, dan bahan kerajinan tangan
seperti ukiran dan anyaman.
17. Schizostachyum Zollingeri (Bambu Perling)
Batang bambu Perling dapat digunakan untuk membuat dinding, tali, tirai, dan alat memancing.
18. Thyrsostachys Siamensisi (Bambu Sian)
Bambu ini sangat baik digunakan untuk
tangkai payung, dan sebagai tanaman hias karena rumpunnya mempunyai
tajuk melebar dengan daun kecil-kecil yang banyak.
19. Gigantochloa Apus (Bambu Apus)
Batang bambu Apus berbatang kuat, liat,
dan lurus. Jenis ini terkenal paling bagus untuk dijadikan bahan baku
kerajinan anyaman karena seratnya yang panjang kuat, dan lentur. Ada
juga yang menggunakannya untuk alat musik.
Daun
Daun bambu dapat digunakan sebagai alat
pembungkus, misalnya makanan kecil seperti uli dan wajik. Selain itu,
dalam pengobatan tradisional, daun bambu dapat dimanfaatkan sebagai
ramuan untuk mengobati demam panas pada anak-anak karena daun bambu
mangandung zat yang bersifat mendinginkan. Dengan demikian, panas dalam
dapat dengan mudah dihalau. Daun bambu muda yang tumbuh diujung cabang
dan berbentuk runcing juga sering digunakan sebagai obat.
Bahan ini sangat mujarab bagi mereka yang
tidak tenang pikiran atau malam hari kurang tidur. Dalam perkembangan
terakhir di luar negeri, cairan bambu diketahui sangat bermanfaat untuk
menyembuhkan lumpuh badan sebelah yang diakibatkan tekanan darah tinggi.
Untuk lumpuh badan sebelah ini obat yang terbaik pada saat sekarang
adalah ramuan bambu yang digabungkan dengan benalu. Bagi penyakit yang
belum begitu berat, obat tersebut dapat membebaskan saluran pembekuan
otak yang terhenti sehingga penderita dapat sembuh.
Rebung
Budidaya bambu rebung dapat dilakukan
baik didataran rendah maupun dataran tinggi. Bambu dapat tumbuh dan
berkembang pada lahan tandus sekalipun. Namun, untuk memperoleh
pertumbuhan yang maksimal dan kualitas rebung yang bagus sebaiknya
ditanam di lokasi yang subur Dari berbagai macam jenis bambu ternyata
hanya beberapa jenis saja yang dapat diambil rebungnya sebagai sayur,
yaitu Bambu Petung, Ampel, Wulung, dan satu lagi Bambu Ayam (semua itu
adalah namanama yang popular di Desa Cakul, khususnya dusun Nglaran).
Bambu Ayam merupakan jenis bambu yang
penghasil rebung dengan kualitas rasa paling bagus. Bahkan untuk
memasaknya pun hanya perlu dicuci sampai bersih, diiris-iris, dan
kemudian dimasak bersama bumbu. Tidak perlu diebosi (direbus sampai
mendidih dan dibuang airnya).
Rebung, tunas bambu atau disebut juga
trubus bambu merupakan kuncup bambu muda yang muncul dari dalam tanah
yang berasal dari akar rhizome maupun buku-bukunya. Umumnya, rebung
masih diselubungi oleh pelepah buluh yang ditutupi oleh miang. Rebung
ada yang berbentuk ramping sampai agak membulat, terdiri dari
batang-batang yang masif dan pendek. Pada umumnya, rebung diselebungi
oleh pelepah buluh hingga mencapai tinggi sekitar 30 cm. Selanjutnya,
pelepah buluh tersebut pada jenis bambu tertentu akan gugur.
Rebung dapat dimanfaatkan sebagai bahan
pangan yang tergolong ke dalam jenis sayur-sayuran. Namun, tidak semua
jenis bambu dapat dimanfaaatkan rebungnya untuk bahan pangan, karena
rasanya ada yang pahit. Rebung bambu dari Indonesia semakin digemari
oleh masyarakat di Jepang, Korea Selatan, dan RRC. Hal ini dibuktikan
oleh permintaan ekspor dari negara tersebut yang banyak tetapi belum
dapat dipenuhi.
Tanaman Hias
Tanaman bambu banyak pula yang
dimanfaatkan sebagai tanaman hias. Mulai dari jenis bambu kecil, batang
kecil, lurus, dan pendek yang banyak ditanam sebagai tanaman pagar di
pekarangan. Selain itu, terdapat jenis-jenis bambu hias lain yang dapat
dimanfaatkan untuk halaman pekarangan yang luas, halaman terbatas, dan
untuk pot.
Bambu hias sekarang tengah banyak dicari
konsumen. Alasannya, penampilan tanaman bambu unik dan menawan. Tak
heran, bambu pun banyak ditanam sebagai elemen taman. Apalagi makin
disukainya taman bergaya Jepang atau tropis yang memasukkan unsur bambu
sebagai salah satu daya tariknya. Jenis bambu yang banyak dimanfaatkan
sebagai tanaman hias antara lain bambu Kuning, bambu Cendani, bambu
Sian, bambu Macan, bambu Jepang, bambu Perling, bambu Talang, bambu
Uncue, bambu Loleba, dan lain-lain.
Untuk pemanfaatan di halaman pekarangan
yang luas jenis bambu besar bisa digunakan, misalnya bambu Tutul, bambu
Ampel yang berwarna hijau mengkilap, bambu Ater, bambu Hitam, bambu
Nigra (Phyllostachys Nigra), dan bambu berlekuk (Bambusa Ventricosa).
Untuk pekarangan yang terbatas dapat digunakan jenis kecil, yaitu bambu
pagar, bambu Uncue (P. aurea), bambu Jepang, bambu Nigra; jenis kerdil,
yaitu bambu pagar varietas Elegans, dan bambu Phylostachys sp; jenis
bambu yang dapat dipangkas atau dibentuk yaitu bambu pagar, bambu T.
siamensis, dan bambu Ampel. Untuk ditanam di dalam pot dapat digunakan
jenis bambu pagar, bambu berlekuk, bambu ampel, bambu T. siamensis,
bambu Talang janis kuning, bambu Uncue, dan bambu Jepang.
Pengelolaan Bambu
Bambu hidupnya merumpun. Seperti halnya
tanaman tebu, bambu mempunyai ruas dan buku. Pada ruas-ruas ini pula
dapat tumbuh akar, sehingga memungkinkan bambu untuk memperbanyak
dirinya dengan tunas-tunas akar rimpangnya. Pengembangbiakan tanaman
bambu dapat dilakukan dengan cara generatif dan vegetatif.
Pengembangbiakan secara generatif yaitu dengan melalui biji. Sementara,
pengembangbiakan vegetatif, antara lain, dengan stek batang, stek cabang
atau stek rhizom. Selain itu, ada cara cepat penyediaan bibit bambu
dengan teknik kultur jaringan.
A. Stek Batang dan Stek Cabang
Buku batang dan buku cabang merupakan
sumber potensial untuk menghasilkan tunas dan akar. Karena itu, kedua
bahan tersebut baik sekali dimanfaatkan sebagai bahan perbanyakan
tanaman.
Bahan bibit untuk stek batang dipilih
yang berumur lebih kurang 2 tahun. Bagian yang digunakan adalah bagian
bawah sampai tengah batang yang mempunyai tunas atau mata tunas. Setelah
itu dipotong-potong sekitar 10 cm dari bawah dan atas buku yang
terdapat tunas, dengan demikian diperoleh bahan stek batang yang
berukuran 20 cm. Selanjutnya, stek batang tersebut disemaikan dengan
cara ditancapkan pada guludan sehingga bagian mata tunas atau tunas
tertutup tanah.
Bahan bibit yang berasal dari stek cabang
dipilih dari cabang pada batang induk yang berumur sekitar 3 tahun.
Cabang itu lalu dipotong mulai dari pangkal yang menempel pada buku
batang, setelah itu bagian ujungnya dipotong sehingga diperoleh panjang
stek cabang kira-kira 75 cm (3 – 4 ruas cabang). Stek tersebut lalu
ditancapkan pada kantong plastik yang telah disiapkan.
Adapun
keuntungan perbanyakan menggunakan stek batang atau cabang antara lain:
a. Bahan bibit yang didapat lebih banyak;
b. Bibit dapat diperoleh dengan mudah dan murah;
c. Tidak merusak rumput yang tinggal;
d. Waktu pengambilan akan lebih cepat;
e. Kebutuhan bibit untuk areal yang luas lebih memungkinkan;
f. Pembentukan rumput lebih cepat.
Adapun kerugian dari cara
pengembangbiakan ini, antara lain, daya tumbuhannya lebih rendah
dibandingkan dengan rimpang, kurang tahan terdapat kekeringan, terbatas
untuk jenis-jenis tertentu, dan resiko kegagalan cukup besar. Daya
tumbuh tunas stek rendah karena dalam ruas stek tidak tersedia cadangan
makanan yang cukup. Ratarata daya tumbuh stek batang di lapangan umumnya
kurang dari 40%. Akan tetapi, dengan perlakuan khusus di persemaian
daya tumbuh stek batang bambu tutul (B. Vulgaris) dapat meningkat
menjadi 85% dan bambu ater (G. Aatter) menjadi 60%.
B. Stek Rhizome
Rhizom atau rimpang adalah akar-akar yang
mampu memberikan pertumbuhan tunas sebagai calon batang muda.
Perbanyakan dengan stek rhizom sudah biasa dilakukan dibandingkan dengan
stek batang atau cabang. Stek ini tidak perlu disemaikan terlebih dulu
karena ukurannya relatif besar, kecuali untuk jenis bambu yang ukuran
batangnya kecil. Hal yang perlu diperhatikan adalah pemilihan batang
bambu yang rhizomnya bisa digunakan untuk bibit. Gunakan batang bambu
yang berumur sekitar 2 tahun. Hal ini dimaksudkan untuk mengatasi
terjadinya kekeringan pada waktu di lapangan yang sering terjadi bila
menggunakan bibit dari batang muda.
Selain itu, beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan stek rhizom sebagai berikut:
a) Pada rhizom harus ada beberapa kuncup tidur;
b) Bibit harus diambil secara hati-hati jangan sampai rusak;
c) Pengumpulan bibit dilakukan sebelum pembentukan rebung-rebung baru;
d) Pengambilan bibit sebaiknya dilakukan pada hari penanaman;
e) Sebaiknya bibit jangan disimpan, kalaupun disimpan harus dalam keadaan lembab.
Setelah ditentukan batang yang rhizomnya
akan digunakan untuk bibit, dilakukan pemotongan pada buku ke 3 – 4 atau
sekitar 100 cm dari bawah. Setelah itu rhizom digali dan dipisahkan
dari induk rhizom. Stek rhizom yang diperoleh dibersihkan dari akarakar
serabut dengan cara dipotong dan ditempatkan pada air mengalir untuk
merangsang munculnya akar-akar baru. Sebaiknya pengambilan stek rhizom
ini dilakukan pada musim hujan. Perbanyakan tanaman dengan stek rhizom
banyak dilakukan masyarakat. Dengan cara ini bibit bambu tumbuh lebih
cepat dan lebih kuat, karena pada akar rimpang banyak mengandung bahan
makanan dan air yang diperlukan untuk pertumbuhan tunas.
Akan tetapi
cara perbanyakan ini ada juga kekurangannya karena tidak praktis, rhizom
harus didongkel dan dipisahkan dari tanaman induknya, volumenya besar,
di samping itu berat untuk ditangani dan diangkut. Ketersediaan rhizom
yang terbatas ini menjadi kendala untuk digunakan sebagai bibit dalam
skala yang besar.
C. Kultur Jaringan
Penanaman bambu dalam skala yang luas
memerlukan penyediaan bibit dalam jumlah besar dan cepat. Masalahnya
bibit yang diperoleh melalui biji, stek batang, dan rhizom masih
terbatas. Untuk mengatasi kendala pengadaan bibit itu Puslitbang
Bioteknologi LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) telah melakukan
percobaan perbanyakan bambu dengan kultur jaringan.
Kultur jaringan adalah teknik untuk
mengisolasi dan menumbuhkan bagian-bagian tanaman (bisa berupa
protoplas, sel, kelompok sel, atau organ) pada media buatan yang aseptik
dan mengandung semua unsur hara dalam wadah tembus pandang.
Pengembangbiakan bambu dengan kultur jaringan dapat dilakukan dengan
biji, bisa juga dengan tunas muda. Dengan teknik kultur jaringan dapat
dihasilkan lebih dari 50 tunas bambu dalam 1 botol kecil dalam waktu
kurang lebih 2 bulan.
D. Persemaian
Tempat persemaian untuk stek batang
berdiameter lebih besar tidak sama dengan untuk stek cabang yang
berdiameter lebih kecil. Pada persemaian stek batang dibuatkan gula dan
yang tanahnya sudah digemburkan dan diberi atap persemaian dari plastik
setinggi 150 cm. Lebar gulu dan kira-kira 100 cm, tinggi 40 cm, dan
panjangnya tergantung dari kebutuhan. Untuk persemaian stek cabang
persiapannya seperti pada pembibitan dengan biji, yakni menggunakan
kantong plastik berukuran 15 x 25 cm, lalu disusun rapi dan diberi atap.
Pembuatan persemaian bibit hendaknya dimulai pada musim hujan, karena
tingkat kelembaban udara yang tinggi sangat membantu pertumbuhan tunas.
Pemindahan anakan bibit ke lapangan dilakukan setelah berumur 1 tahun.
E. Penanaman
Membudidayakan bambu tidaklah sulit. Cara
penanaman bambu untuk diambil rebungnya sama saja dengan tanaman yang
akan diambil batangnya. Penanaman bambu sebaiknya dilakukan pada musim
hujan. Sebelum penanaman hendaknya disiapkan terlebih dahulu tanah yang
akan ditanami.
1. Persiapan Tanaman
Penanaman bambu bisa dilakukan di kebun,
tanah yang terlantar, tepi sungai, atau di pekarangan. Sebelum penanaman
dilakukan pembukaan lahan, lahan dibersihkan dari semak belukar,
bebatuan, atau kotoran lain. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah
pengolahan tanah. Bila penanaman akan dilakukan pada tanah yang miring
sebaiknya dibuat teras-teras dahulu.
Setelah lahan dibersihkan dilakukan
penentuan jarak tanaman. Dengan pengukuran ditentukan titik-titik
penanaman yang kemudian ditandai dengan ajir. Penanaman sebaiknya
dilakukan dengan jarak yang tidak terlalu rapat. Hal ini bertujuan agar
tanaman memperoleh makanan, sinar matahari, angin, dan udara yang cukup.
Jarak tanaman dibuat berukuran 5 x 5 m, 4 x 4 m atau 3 x 3 m tergantung
jenis bambu. Makin besar ukuran batang dalam rumpun, jaraknya makin
lebar seperti bambu betung.
Selanjutnya, tanah pada ajir-ajir
tersebut digali dan dibuat lubang tanam. Ukuran lubang 30 x 30 x 30 cm
atau 40 x 40 x 40 cm. Tanah galian diletakkan dikirikanan lubang dan
selanjutnya diberi pupuk kandang atau kompos sebanyak 15 kg. Campuran
tersebut lalu diaduk dengan tanah dan dibiarkan selama 2 minggu.
Kemudian, ajir dipasang kembali di tengah lubang tanam untuk memudahkan
pengenalan tempat tanam.
2. Cara Penanaman
Bibit yang akan digunakan sebaiknya dalam
keadaan segar. Bibit dimasukkan ke lubang tanam dengan posisi tunas
atau anakan tegak ke arah atas, lalu ditimbun tanah. Pada saat tanam
tambahkan pula pupuk buatan yaitu Urea, TSP, dan KCl dengan perbandingan
3:2:1 sebanyak 600 kg/ha. Pupuk diberikan melingkari tanaman karena
rumpun akan tumbuh di sekeliling tanaman induknya. Setelah itu tanah di
sekitar bibit dipadatkan dan ditinggikan sekitar 5 – 10 cm.
F. Pemeliharaan
Tanaman bambu yang dibudidayakan perlu
juga pemeliharaan. Meskipun demikian, pemeliharaan tanaman bambu tidak
intensif, sehingga tidak terlalu merepotkan pemiliknya. Tindakan
pemeliharaan tanaman bambu antara lain meliputi pemangkasan, penyiangan,
pembumbunan, dan pemupukan.
1. Pemangkasan
Pemangkasan pada tanaman bambu dilakukan
dengan memotong cabang-cabang bawah setinggi 2 – 3 m. Cabang-cabang yang
dikurangi akan membuat aliran zat makanan lebih terkonsentrasi ke
batang utama. Dengan demikian diharapkan dapat diperoleh batang bambu
yang diameternya lebih besar dan berkualitas baik. Pemangkasan dapat
pula membantu aliran udara atau kondisi aerasi menjadi lebih baik,
sehingga mengurangi gangguan hama atau penyakit. Ini juga bertujuan
untuk menstimulasi pertumbuhan rebung. Pada tanaman bambu yang dipangkas
selain rebung rajin muncul biasanya ukurannya pun lebih besar.
Pemangkasan biasanya dilakukan pada awal musim hujan.
2. Penyiangan
Dalam penanaman bambu, kondisi lingkungan
yang harus dikendalikan adalah kelembaban tanah. Tanaman bambu perlu
disiangi agar bebas dari gulma atau tanaman lain yang mengganggu.
Lakukan penyiangan dengan mencabuti rerumputan di sekitar pokok utama.
Kotoran yang sering tersangkut di pokok bambu berupa bagian tanaman
mati, sampah, sarang binatang, atau apa saja sebaiknya dibersihkan.
3. Pemupukan
Seperti tanaman yang lain, bambu juga
perlu diberi pupuk. Pemupukan ini berguna untuk meningkatkan jumlah
batang dan membantu pertumbuhan tanaman. Pupuk yang digunakan adalah
Urea, TSP, dan KCl. Dosis pupuk yang digunakan belum ada ketentuan yang
pasti karena berapa pun pupuk yang diberikan pasti diserap tanaman
bambu. Tanaman bambu tergolong tumbuhan yang banyak menyerap unsur hara,
sedangkan unsur yang dikembalikan ke tanah relatif kecil. Pemupukan
dilakukan pada awal dan akhir musim hujan. Sebelum pemupukan, tanah di
sekitar rumpun digemburkan dan digali terlebih dahulu. Selanjutnya,
pupuk ditaburkan merata melingkari rumpun lalu tanah dirapikan kembali.
G. Pengendalian Hama dan Penyakit
Tanaman bambu sering juga mengalami
gangguan hama penyakit. Namun, serangan ini biasanya kurang diperhatikan
karena dapat dikatakan belum terlalu mengganggu pertumbuhan tanaman.
Jenis gangguan yang sering dialami tanaman bambu adalah hama ulat,
kumbang, bubuk atau hama dan rayap.
Khusus untuk kumbang bubuk, tidak semua
jenis bambu disukainya. Sebenarnya yang disukai oleh hama ini adalah zat
pati yang terdapat dalam jaringan serat bambu. Setiap jenis bambu
memiliki kandungan pati yang berbeda-beda. Sebagai contoh bambu ampel,
lebih disukai hama bubuk karena kandungan patinya lebih tinggi daripada
bambu betung, bambu wulung, atau bambu apus. Kandungan pati umumnya
tergantung musim, kandungan tertinggi ialah pada saat rebung muncul.
Setelah itu, kandungan pati akan turun setelah rebung tumbuh. Pada umur 1
dan 2 tahun kandungan zat pati bambu tinggi. Pada umur lebih tua
kandungannya lebih rendah, biasanya serangan kumbang bubuk lebih banyak
dijumpai pada saat rebung muncul dan tanaman masih berumur sekitar 1 – 2
tahun. Meskipun demikian, batang bambu yang sudah dipanen pun masih
kemungkinan diserang. Kumbang bubuk berupa hama perusak yang paling
berbahaya bagi tanaman bambu. Jenisnya pun cukup banyak. Ada Dinoderus
minutus, D. brevis, Conarthrus filiformis, C. praeustus, Tillus notatus,
dan Myocalandra exarata. Hama ini menggerek sambil memakan jaringan
bambu. Pengerekan dilakukan pada bekas potongan melintang batang,
dinding bambu bagian dalam, atau bagian bambu yang pecah dan terluka.
Luka pada batang ini dapat terjadi karena pemotongan cabang, pembelahan
bambu, atau penghalusan ruas. Kotoran serangga ini berupa serbuk dan
diangkut sendiri keluar dari batang bambu. Lama kelamaan batang bambu
akan berubah menjadi serbuk atau bubuk. Hal ini pula yang mendasari
pemberian nama kumbang bubuk pada hama pengerek ini.
Petani biasanya tidak melakukan tindakan
khusus terhadap hama tersebut karena serangan yang ditemui relatif
jarang. Seandainya serangan hama tersebut ditemui biasanya hanya
dilakukan tindakan manual yakni membunuh serangga pengganggu yang
ditemui.
Untuk serangan penyakit, biasanya tanaman
bambu yang tumbuh di Indonesia tidak mempermasalahkan ini. Namun, bisa
jadi di masa mendatang beberapa penyakit dapat menimbulkan gejala yang
berbahaya terhadap tanaman bambu sehingga hal ini perlu diantisipasi. Tindakan preventif dengan menjaga
kebersihan dan kelembaban secara tidak berlebihan di sekitar rumpun
bambu amatlah baik untuk pertumbuhan tanaman.
Hadir untuk mengangkat citra bambu dengan
menghasilkan produk berkualitas yang indah, kuat, dan tahan lama. Bambu
yang dipanen dengan benar dan diawetkan merupakan bahan yang kuat,
fleksibel, dan murah, yang dapat dijadikan bahan alternatif pengganti
kayu yang kian langka dan mahal. Mengapa menggunakan bambu? Berikut
adalah beberapa fakta menarik tentang bambu:
- Sumberdaya terbarukan; dapat dipanen
dalam waktu hanya 3-5 tahun dibandingkan dengan 20-50 tahun pada
kebanyakan jenis kayu keras. Produksi biomasa bambu diperkirakan sekitar
20-30 ton per hektar per tahun.
- Berlimpah; ada lebih dari 1.500 spesies
di seluruh dunia, di Indonesia juga ditemukan lebih dari 100 jenis bambu
yang hampir seluruhnya dapat dimanfaatkan.
- Lebih kuat dari baja. Jenis-jenis bamboo
tertentu memiliki kekuatan tensil hingga 28.000 per inci, dibandingkan
dengan baja yang memiliki tensil 23.000.
- Meningkatkan pendapatan petani. Bambu
tumbuh di kawasan pedesaan dan kebanyakan dimiliki oleh petani miskin.
Memanfaatkan bambu secara lestari dapat membantu menambah penghasilan
petani.
- Rumah yang aman. Lebih dari satu miliar
orang tinggal di rumah bambu. Dalam berbagai kejadian, rumah bambu
terbuki tahan terhadap gempa bumi.
- Eksotis, indah. Bambu secara alami
adalah bahan yang indah dan eksotis, dapat diaplikasikan menjadi
berbagai macam produk yang bermanfaat.
Sumber: SahabatBambu.com
Sumber : http://bamboeindonesia.wordpress.com/artikel-tentang-bambu/ekspor-produk-bambu/