KARAKTER PERTUMBUHAN BAMBU
Oleh: Ir. Edhi Sandra MSiPeneliti Konservasi bamboo IPB
Kepala Unit Kultur Jaringan Bagian Konservasi Tumbuhan, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB Bogor
Kepala laboratorium Bioteknologi Lingkungan PPLH IPB Bogor
Pemilik Esha Flora, Plant & Tissue Culture
Sumber: http://www.facebook.com/
Pendahuluan
Bambu mempunyai habitus semak berumpun.
Sebagian besar rumpun bambu di Indonesia adalah simpodial (percabangan
dua, mengelompok). Masuk dalam famili rumput-rumputan), disebut juga
rumput raksasa. Setiap rumpun terdiri dari beberapa”batang” bambu, yang
biasa disebut ”Buluh”. Bambu terdiri beberapa jenis dengan sebaran hidup
mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Mempunyai daya tahan
yang kuat dan pertumbuhan yang cepat.
Pada kondisi Indonesia kekurangan bahan
baku kayu, maka bambu merupakan alternatif atau subtitusi kayu yang
cukup baik, disamping bambu sudah cukup familier dengan kehidupan
masyarakat Indonesia. Oleh sebab itulah akan lebih baik bila mengenal
lebih jauh karakter pertumbuhan bambu agar dapat lebih mengoptimalkan
budidaya, yang pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas atau dapat
mencapai tujuan budidaya yang diinginkan.
Rumpun
Tumbuhan yang berumpun berarti mempunyai
satu kesatuan individu. Berapapun banyaknya atau besarnya rumpun maka
tetap tumbuhan tersebut adalah satu individu. Hal ini mengandung
konsekuensi bahwa :
- Semua bagian tumbuhan tersebut dipengaruhi oleh kondisi fisiologi individu yang sama sebagai satu kesatuan individu.
- Dalam individu tersebut berlaku ”dominasi apikal” hal ini menyebabkan sulitnya bercabang-cabang kecuali ujung pucuk atau ujung akar.
- Alokasi pemanfaatan energi diprioritaskan bagi pertumbuhan bagian tumbuhan yang sedang tumbuh, hal ini menyebabkan dormansinya titik-titik tumbuh lateral lainnya.
Rebung
- Pemanfaatan energi melingkupi antar batang / buluh, maksudnya energi yang dihasilkan suatu buluh bisa ditransfer ke bagian tumbuhan yang memerlukan, misalnya dalam hal ini ”rebung”
- Rebung adalah cikal bakal buluh bambu yang merupakan perkembangan titik tumbuh yang akan tumbuh menjadi buluh. Istilah rebung adalah titik tumbuh yang tumbuh tunas terus sampai sebelum terbukanya seludang batang. Energi tumbuhnya rebung didukung oleh beberapa buluh generasi sebelumnya (sekitar 3 buluh sebelumnya). Oleh sebab itulah untuk menjaga agar pertumbuhan rebung tetap besar dan optimal dilarang menebang buluh sampai 3 generasi buluh sebelum rebung.
- Prediksi tinggi buluh bisa dilihat dari jumlah ruas buku pada rebung dikalikan dengan rata-rata panjang ruas buku dewasa maka akan di dapatkan tinggi buluh bambu.
- Titik tumbuh (meristem) pada buluh terdapat 3 yaitu meristem apikal (pucuk/ tunas), meristem lateral titik tumbuh pada ketiak daun dan meristem interkalari (melingkar pada buku). Oleh sebab itulah kalau pada pohon yang bertambah panjang adalah ujung apikalnya saja, tapi pada bambu yang menyebabkan tinggi buluh bambu adalah meristem apikal dan meristem interkalari. Setiap buku pada bambu akan bertambah panjang. Oleh sebab itulah pertambahan tinggi buluh bambu jauh lebih cepat dari pohon karena setiap bukunya bertambah panjang, selain ujung apikalnya.
- Tumbuhnya rebung berikutnya dipengaruhi oleh pertumbuhan buluh bambu sebelumnya, begitu pertumbuhan buluh sebelumnya sudah mulai optimal sehingga pertumbuhan berkurang, maka alokasi penggunaan hormon tunas dalam rumpun bambu tersebut, tidak dipakai lagi untuk mendukung pertumbuhan buluh, maka akumulasi hormon tunas akan banyak terakumulasi di rebung yang berikutnya, sehingga tumbuhlah rebung tersebut, atau kita bisa mempercepat tumbuhnya rebung dengan cara memangkas buluh sebelumnya maka alokasi hormon tunas akan beralih ke rebung, tapi jumlah energi/ makanan yang harusnya di hasilkan oleh buluh menjadi tidak ada karena di pangkas, maka alokasi energi untuk rebung menjadi berkurang atau terhambat sehingga rebung akan teredumenter/ mengecil. Rebung akan cepat tumbuh tapi mengecil.
Klasifikasi Fase Pertumbuhan Buluh
- Rebung adalah fase pertama pembentukan buluh. Rebung adalah titik tumbuh yang tumbuh berkembang menjadi buluh. Tahapan rebung adalah mulai dari tumbuhnya titik tumbuh sampai pada terbukanya seludang batang rebung tersebut.
- Buluh muda adalah fase setelah terbukanya seludang batang sampai pertumbuhan buluh optimal meninggi tapi belum bercabang.
- Buluh dewasa adalah fase mulai bercabangnya buluh sampai pertumbuhan cabang optimal, fase ini adalah fase produktivitas tertinggi pada buluh.
- Buluh tua adalah fase mulai menurunnya fungsi buluh, atau menurunnya produktivitas, sebagian ditandai dengan gugurnya seludang batang, mulai tumbuhnya akar di beberapa buku bagian bawah, mulai berjamurnya buluh tua.
Klasifikasi Ukuran Diameter Buluh
Berdasarkan ukuran atau diameter buluh maka bambu dapat diklasifikasikan menjadi rumpun bambu / buluh:
- Rumpun bambu / buluh besar adalah bambu yang mempunyai ukuran buluh bambu relatif besar, dengan perkiraan diameter berkisar di atas 15 cm. Produktivitas buluh rumpun bambu besar sekitar 10 – 30 buluh per tahun.
- Rumpun bambu / buluh sedang adalah bambu yang mempunyai ukuran buluh bambu sedang, dengan diamter buluh sekitar 5 sampai 10 cm. Produktivitas rumpun bambu/ buluh sedang berkisar 30 – 80 buluh per tahun
- Rumpun bambu / buluh kecil adalah bambu yang mempunyai ukuran buluh kecil dengan diameter di bawah 5 cm. Produktivitas buluh rumpun bambu kecil adalah 80 – 120 buluh per tahun.
Nilai nominal merupakan nilai relatif
karena kenyataan dilapang sangat tergantung pada kualitas pertumbuhan
rumpun bambu dan kondisi lingkungan.
Tipe Percabangan Rimpang Bambu
- Tipe percabangan Simpodial adalah suatu tipe percabang rimpang yang merumpun dengan dua percabangan rimpang dan langsung membentuk rebung. Rimpang tidak memanjang tapi begitu tumbuh langsung tumbuh menjadi rebung sehingga buluh akan mengumpul membentuk rumpun yang mengumpul dan rapat. Tipe percabagan bambu seperti inilah yang banyak terdapat di Indonesia.
- Tipe percabangan monopodial adalah suatu tipe pertumbuhan rimpang yang hanya satu dan rimpang tumbuh memanjang setelah itu baru tumbuh rebung, sehingga buluh akan tumbuh renggang atau jarang dan membentuk tegakan buluh tunggal atau tidak merumpun. Tipe percabangan jenis bambu ini banyak tumbuh di daerah temperate/ daerah 4 musim.
Regenerasi Bambu Secara Alamiah
1. Biji.
Salah satu cara regenerasi bambu adalah dengan menggunakan biji, tapi
kebanyakan jenis bambu di Indonesia tidak berbiji (berbunga tapi tidak
berbiji). Jenis bambu betung diketahui berbunga dan berbiji tapi setelah
rumpun berumur sekitar 40 – 60 tahun. Dan uniknya setelah rumpun bambu
betung tersebut berbunga maka satu rumpun tersebut akan mati. Hal ini
pernah terjadi di thailand dengan perkebunan bambu betung yang seragam
umurnya dan begitu mencapai umur tersebut maka semua rumpun bambu
tersebut dengan luasan puluhan bahkan ratusan hektar mati semua.
2. Rundukan karena
tidak sengaja / secara alamiah karena buluh bambu tertimpa potongan
cabang atau ranting pohon yang roboh, sehingga buluh tersebut patah dan
tertindih cabang pohon tersebut dan rebah di lantai hutan. Rebahnya
buluh bambu yang kemudian tertutupi oleh serasah hutan membuat tumbuhnya
cabang-cabang bambu dari setiap buku yang rebah tersebut. Tumbuhnya
cabang tersebut akan membentuk rebung kecil baru yang secara bertahap
akan membentuk rumpun bambu baru.
3. Patahan bambu
yang terbawa air sungai. Adanya patahan bambu dengan cabang atau
rantingnya yang terbawa air sungai, kemudian terdampar pada tempat yang
cocok untuk tumbuhnya cabang atau ranting bambu tersebut maka akan
tumbuh dan membentuk rebung kecil yang secara bertahap akan membentuk
rumpun bambu yang baru.
Regenerasi Bambu Secara Buatan
1. Biji. Biji yang di dapat bisa disemaikan dan ditumbuhkan dalam kondisi yang memadai untuk tumbuh.
2. Titik tumbuh.
Setiap titik tumbuh sebenarnya dapat ditumbuhkan menjadi individu baru.
Beberapa titik tumbuh yang digunakan untuk regenerasi/ perbanyakan
bambu adalah:
2.1. Titik tumbuh pada rimpang, biasa disebut dengan stek rimpang
2.2. Titik tumbuh yang ada pada pangkal
buluh, dengan cara memotong bonggol dengan mengikutkan buluhnya dengan
tinggi sekitar 0,5 – 1 m, metode ini sering disebut stek bonggol.
2.3. Titik tumbuh yang ada pada cabang
buluh, metode ini berkembang dengan ragam variasi: dengan memperhatikan
cadangan makanannya, misalnya: stek batang (satu ruas, satu buku dll),
atau ada juga yang tanpa mengikutkan batangnya/ buluhnya, jadi hanya
stek cabangnya saja, dan ada juga yang mengikutkan bukunya saja.
2.4. Titik tumbuh yang ada pada ranting
bambu, metode ini merupakan turunan kedua dari stek cabang, bisa
mengikutkan cabangnya atau hanya tunas rantingnya saja.
2.5. Titik tumbuh yang ada di setiap buku
ranting atau turunan ketiga dan seterusnya, sebenarnya juga bisa
dipakai tapi jarang orang menggunakannya karena dibutuhkan dukungan
perlakuan dan kondisi lingkungan yang lebih intensif.
Di dalam perkembangannya regenerasi bambu
bisa dilakuakn dengan menumbuhkan titik tumbuh dari manapun pada rumpun
bambu tersebut bahkan hanya dengan menumbuhkan jaringan atau sel bambu
tersebut dapat diregenerasikan. Metode ini menggunakan teknologi kultur
jaringan.
Umur Rumpun
Umur rumpun ditentukan oleh dominasi sel
atau jaringan yang ada pada rumpun tersebut, bila dominasi pada rumpun
tersebut adalah sel-sel mudah maka rumpun tersebut berstatus muda, tapi
bila dominasi sel-sel pada rumpun tersebut di dominasi oleh sel=sel tua
maka rumpun tersebut akan tua.
Sel-sel muda mempunyai organel sel yang
masih sehat dan baru sehingga dapat berfungsi dengan baik, hal ini akan
berdampak pada pertumbuhan / viabilitas yang tinggi. Sel-sel muda juga
menghasilkan hormon sitokinin dan auksin yang berdampak pada pertumbuhan
sel-sel vegetatif dengan sangat cepat.
Sedangkan sel-sel tua memiliki organel
sel yang sudah tua fungsinya sudah tidak optimal, mungkin sebagian sudah
tidak berfungsi atau rusak, hal ini berdampak pada rendahnya
pertumbuhan sel-sel. Disamping itu, sel-sel tua menghasilkan metabolit
sekunder yang bersifat negatif yaitu zat penghambat dan zat beracun (zat
etilen), dominasi sel-sel tua akan menyebabkan dominasi zat-zat negatif
ini akan mempengaruhi juga sel-sel mudah pada rumpun tersebut sehingga
secara keseluruhan rumpun tadi mengarah pada proses penuaan dan lambat
laun akan mati.
Teknik Pemanenan Yang Salah Memperpendek Umur Rumpun
Teknik pemanenan bambu yang salah yang
tidak memperhatikan kesehatan bambu akan menyebabkan semakin pendeknya
umur rumpun. Misalnya teknik pemanenan tebang habis buluh bambu dalam
satu rumpun. Teknik pemanenan ini biasanya dilakukan untuk tujuan bahan
baku bambu untuk bahan pulp (bubur kertas).
Dengan teknik pemanenan tersebut maka
seluruh batang akan habis, berarti sebenarnya yang tertinggal adalah
perakaran, rimpang dan bonggol bambunya saja. Memang dalam hal ini tidak
akan menyebabkan kematian secara langsung, bahkan dengan tebang habis
tersebut akan menumbuhkan banyak buluh-buluh bambu baru secara serentak.
Hal ini di sebabkan sitokinin (hormon tunas yang dihasilkan di ujung
akar dalam jumlah yang sangat banyak yang terdapat pada kesatuan rimpang
dan bonggol rumpun bambu tersebut akan memicu semua titik tumbuh yang
ada pada rimpang dan bonggol rumpun bambu tersebut. Disamping itu tidak
adanya sumber auksin yang biasanya terdapat pada ujung pucuki penjadi
hilang, hal ini akan menghilangkan penghambatan tumbuhnya tunas (auksin
menghambat tumbuhnya tunas). Oleh sebab itulah akan tumbuh buluh bambu
dalam jumlah yang banyak secara serentak.
Hanya sayangnya jumlah buluh bambu yang
tumbuh secara serentak tersebut akan kekurangan support energi, yang
hanya ada pada cadangan makanan pada kesatuan bonggol rumpun bambu
tersebut, maka seluruh energi akan terkuras untuk pertumbuhan buluh
bambu tersebut. Hal ini menyebabkan buluh bambu akan menjadi kecil-kecil
tapi cepat tua (kerdil). Bila kemudian ternyata di panen kembali secara
tebang habis, maka kesatuan bonggol akan kehilangan buluh-buluh bambu,
yang tertinggal adalah kesatuan bonggol bambu yang umurnya sudah di
dominasi oleh sel-sel tua.
Sedang, fungsi organ juga sudah semakin
berkurang, sehingga fungsinya untuk menumbuhkan buluh kembali semakin
berkurang. Disamping itu cadangan energi sudah terkuras pada penebangan
habis yang pertama, dan belum sempat menabung makanan kembali, belum
sempat menumbuhkan selsel baru pada bagian bonggol sudah ditebang
kembali, maka lambat laun rumpun bambu tersebut akan mati.
Menjaga Kesehatan Rumpun Bambu
Rumpun bambu yang sudah berumur lebih
dari 10 tahun sebaiknya dilakukan perawatan agar menjadi muda kembali
(Rejouvenilisasi) / peremajaan. Caranya adalah dengan membuang atau
memotong bonggol-bonggol atau rimpang-rimpang tua yang masih hidup dan
masih menjadi kesatuan rumpun bambu tersebut. Bonggol-bonggol tua
tersebut berdampak negatif karena akan menghasilkan zat-zat yang tidak
baik bagi pertumbuhan.
Oleh sebab itulah pembuangan bonggol-bonggol tua
dari rumpunnya, kemudian lokasi bonggol-bonggol tua yang telah di buang
tersebut diisi kembali dengan media tanam yang subur (campuran pupuk
kandang dan kompos), maka di tempat inilah nantinya akan tumbuh
buluh-buluh bambu yang lebih sehat dan subur. Dengan dibuangnya
bonggol-bonggol tua tersebut akan mengurangi jumlah sel-sel tua yang
mendominasi rumpun, dan yang tersisa adalah sel-sel muda dari bonggol
dan buluh bambu muda, hal ini akan berdampak positif bagi rumpun bambu
tersebut.
Dengan menjaga agar dominasi sel-sel muda
pada rumpun tetap terjamin maka akan membuat umur rumpun akan lebih
panjang. Oleh sebab itulah perlu direncanakan dengan baik, dengan
interval waktu tertentu untuk secara rutin membuang bonggol/ rimpang tua
untuk kemudian diisi dengan media tanam yang subur.
Pemanenan buluh bambu yang sudah tua
(untuk keperluan konstruksi) juga berdampak positif bagi rumpun, karena
akan mengurangi alokasi energi dan mengurangi dampak negatif dari
sel-sel tua buluh bambu tua tersebut, dan yang tertinggal adalah buluh
bambu muda dan dewasa. Dominasi sel-sel muda dan dewasa dari buluh muda
dan dewasa ini baik bagi pertumbuhan rumpun.
Meningkatkan Produktivitas Rumpun
Agar rumpun bambu dapat menghasilkan
buluh bambu yang banyak maka dapat dilakukan perlakuan tertentu agar
jumlah buluh yang tumbuh dalam satu rumpun jauh lebih banyak.
Terdahulu sudah dijelaskan bahwa dalam
satu individu ada fenomena “Dominasi apikal”. Fenomena ini akan
menghambat tumbuhnya buluh, karena yang akan tumbuh adalah rebung yang
bagian luar / yang paling muda saja.
Untuk itu maka dapat dilakukan
penambahan jumlah buluh yang tumbuh dengan cara memutus dominasi apikal
dalam satu rumpun, caranya dengan memotong hubungan antar buluh, atau
memotong rimpang pada bagian tertentu. Pemotongan rimpang dimaksudkan
untuk memutus hubungan fisiologi yang terjadi dalam satu rumpun, dengan
dipotongnya hubungan rimpang / bonggol dalam rumpun akan menyebabkan
terputusnya hubungan fisiologi dalam satu rumpun.
Maka masing-masing
akan dipengaruhi oleh kondisi hormonal lokal tersebut. Dengan cara ini
maka setiap kelompok rimpang/ bonggol akan dapat menumbuhkan buluh bambu
baru dan sebenarnya masing-masing akan berperan sebagai kesatuan rumpun
yang berbeda.
Pemotongan hubungan rimpang dalam satu
rumpun dapat menyebabkan tumbuhnya buluh lebih banyak, hal ini berdampak
pada diperlukannya jumlah makanan yang lebih banyak oleh sebab itulah
harus disediakan media tanam yang subur dan memadai pada setiap bagian
kelompok rimpang / bonggol tersebut.
Atau dengan cara lain kita dapat
memberikan hormon sitokinin dalam perlakuan yang kita berikan pada
rumpun bambu tersebut maka proses dominasi apikal akan hilang dan akan
tumbuh buluh-buluh muda baru.
Pemanenan Rebung Yang baik
Rebung adalah calon tumbuhnya buluh baru,
berarti merupakan regenerasi buluh bambu. Terhambatnya pertumbuhan
rebung berarti tidak ada regenerasi buluh bambu hal ini berbahaya
terhadap sifat tua rumpun bambu. Oleh sebab itulah maka regenerasi buluh
bambu agar tetap dijaga kontinu/ stabil. Untuk menjaga kontinuitas
regenerasi buluh maka perlu diseling setelah sekian kali panen rebung
maka beberapa rebung dibiarkan tumbuh menjadi buluh muda. Buluh muda
inilah yang berperan mensupport produksi makanan dan rebung yang
selanjutnya. Demikian seterusnya panen rebung,kemudian beberapa waktu
kemudian biarkan beberapa rebung tumbuh menjadi buluh muda.
Agar kualitas rebung tetap optimal dan
baik maka dilarang, menebang buluh 3 generasi sebelum rebung, karena 3
generasi buluh sebelum rebung masih berperanan di dalam mensupport
makanan bagi rebung tersebut, sehingga kalau 3 generasi buluh sebelum
rebung di tebang maka rebung akan kekurangan makanan.
Produktivitas rebung akan jauh lebih
besar bila dibandingkan dengan produktivitas buluh bambu. Sebagai
perbandingan misalnya: bambu betung produktivitas buluh bambu pertahun
dapat mencapai 20 – 30 buluh / tahun, maka bila rebungnya saja yang
dipanen maka produktivitasnya mencapai 40 – 60 rebung per tahun pada
rumpun dewasa.
Merehabilitasi Rumpun Bambu Yang Rusak
Rumpun bambu yang sudah mau mati akibat
pertumbuhan buluh bambu yang kerdil dan ”menyemak” (tidak ada buluh
bambu besarnya tapi hanya ranting-ranting bambu yang banyak saja),
maka ada beberapa hal yang dapat dilakukan:
- Buang bonggol tua yang dapat dibuang.
- Beri ruang kosong baru (dari hasil pembuangan bonggol tua) yang di beri media tanam untuk tempat tumbuhnya buluh muda baru
- Beri media tanam yang baru (campuran pupuk kandang dan kompos yang sudah terfermentasi) dalam jumlah yang memadai.
- Cari satu buluh bambu yang paling besar dan beri kesempatan untuk dapat tumbuh, ranting-ranting dan buluh lainnya dipangkas. Hal ini akan memberikan dominasi apikal baru dan buluh yang tumbuh berikutnya lambat laun akan membesar membentuk buluh besar baru.
- Memberikan bantuan sumber energi instan dan hormon sitokinin untuk membantu pertumbuhan tunas dan buluh.
Demikian informasi yang dapat saya
berikan mengenai karakter pertumbuhan bambu, dilain waktu akan saya
sampaikan hal lainnya. Terima kasih
Bogor, 4 Agustus 2012
Edhi sandra
Sumber : http://bamboeindonesia.wordpress.com/artikel-tentang-bambu/3262-2/
bagus pak, menarik....
BalasHapus