Sabtu, 26 Januari 2013

BAMBU DAN PETANI, SEJAK DULU HINGGA KINI

BAMBU DAN PETANI, SEJAK DULU HINGGA KINI

Materi disampaikan oleh : Nurma Arief El Hadi, A.Md
Sumber: http://cybex.deptan.go.id/ 

Kesejukan alam damainya pedesaan tidak terlepas dari warna-warni tumbuhan juga rumpun bambu, gemerisik daun-daun bambu dan segarnya cucuran mata air yang mengalir dari sela-sela rumpun bambu. Keberadaan petani juga tidak pernah terlepas dari bambu, bambu selalu hadir dalam hampir semua aktivitas usaha petani. Lihat saja petani tanaman pangan dan hortikultura. Mereka hampir selalu memerlukan bambu untuk ajir, atau penyangga tanaman. Petani ternak perlu bambu untuk kandang dan segala perlengkapannya. Petani ikan perlu bambu untuk alat tangkap dan karamba.

Demikian juga petani buah-buahan banyak memerlukan bahan bambu untuk keperluan packingnya. Bahan bangunan rumah sampai ke peralatan rumah tangga semua bisa dibuat dari bambu. Bukan itu saja bahkan “rebung” (anakan bambu) bisa menjadi sayuran yang lezat juga di ekspor ke Cina dan Jepang sebagai bahan baku makanan. Dengan demikian begitu besar potensi bambu untuk dikembangkan.

Aku adalah komoditi multiguna
• Rebungku bisa dibuat sayur yang lezat
• Batangku bisa menjadi bangunan nan kuat
• Pelepahku bisa menjadi pelindung dari sengatan panas dan guyuran hujan lebat
• Kulitku bisa jadi hiasan rumah indah
Aku adalah teman setia petani di rumah atau di sawah

Belum dilirik

Pertanyaannya sekarang adalah sudahkan kita mengoptimalkan upaya untuk pengembangannya? Dr. Elizabeth dari Kebu Raya Bogor seorang ahli bambu yang sangat konsisten dalam keahliannya, mengatakan bahwa hutan bambu di Indonesia saat ini sudah makin berkurang. Buktinya sekarang sulit mencari bambu tua. Bambu yang muda saja sudah mulai banyak ditebangi untuk dijual di pasar.

Hal ini disebabkan karena tidak ada penyuluhan atau penerangan untuk menggiatkan budidaya bambu. Sadar atau tidak sadar, bambu dianggap sebagai tanaman untuk sekedar ditebangi saja. Hanya sedikit orang yang berfikir atau melakukan penanaman atau bahkan mungkin sama sekali tidak ada yang memikirkannya. Benar bahwa bambu berumur panjang yaitu 40-100 tahun, namun tanpa gerakan membudidayakan, bukankah akhirnya bambu akan habis pula. Lalu siapa lagi, kalau bukan orang pertanian, yang seharusnya mengembangkannya.

Mengenal bambu dan pembudidayaannya

Tak kenal maka tak sayang, karena itu mari mengenal bambu si multiguna itu. Bambu termasuk family Graminae atau Poaceae yang terdiri dari beberapa genus/marga dan jenis atau species.

Diperkirakan jumlah jenis bambu di seluruh dunia sekitar 1.200-1.300 jenis, 143 jenis diantaranya terdapat di Indonesia (Wijaya, 2001). Di Pulau Jawa sekitar 60 jenis dari seluruh jenis bambu di Indonesia, dan baru sebagian yang dapat dikonservasi di Kebun Raya Bogor, Cibodas, Purwodadi dan Bedugul (Bali).

Sebenarnya, membudidayakan bambu tidak terlalu sulit. Karena bambu tumbuh di segala jenis tanah kecuali di pinggir pantai. Dari tanah kering sampai ke tanah basah bambu bisa tumbuh. Jenis bambunya dipilih yang sesuai dengan jenis dan kesuburan tanahnya agar pertumbuhannya optimal. Karena kesuburan tanah berpengaruh terhadap ukuran batang dan panjang ruas, meskipun tidak mempengaruhi jumlah ruas bambu (Sutiyono, 1992).

Membudidayakan bambu bisa dilakukan melalui 3 cara pembibitan yaitu melalui :

(1) Pembibitan biji melalui penyemaian dalam kapas atau sabut kelapa sampai berkecambah. Kemudian dipindahkan ke polybag sampai umur 1 tahun. Setelah mencapai tinggi kira-kira 75 cm, dipindahkan ke lahan kebun. Cara ini tidak mudah karena di Indonesia jarang sekali ditemukan bambu berbiji atau stril, selain itu perumpunan normal cukup lama yaitu memerlukan waktu 10 tahun.

(2) Stek batang atau stek cabang diambil dari bambu yang sudah berumur minimal 2 tahun, dengan memotong bambu 10 cm diatas dan 10 cm di bawah buku (panjangnya 20 cm). Stek ditancapkan pada guludan tanah yang sudah disiapkan sampai umur 1 tahun. Kemudian dipindahkan ke lahan kebun. Keuntungan cara stek ini adalah dapat memperoleh bibit lebih banyak.

(3) Stek Rhizom atau batang bawah tanah dari bambu yang berumur 2 tahun. Sebelum ditanam di lahan kebun terlebih dahulu direndam dalam air mengalir. Dengan cara ini mengenal bambu dan pembudidayaannya perumpunan normal dapat dicapai dalam waktu 3-5 tahun. Relatif singkat.

Kesulitan pembibitan dengan rhizom ini adalah ketika pembongkaran rhizom, kalau kurang hati-hati bisa merusak rebung dan pohon bambu lainnya.

Manfaat bambu dari batang hingga rebung

Selain pemanfaatan bambu seperti diuraikan terdahulu, banyak lagi yang menarik dengan bambu ini. Bisa sebagai tanaman hias, seperti bambu kuning hingga bambu berbatang persegi, sebagai sumber inspirasi para seniman bahkan alat kesenian terutama kesenian tradisional Jawa Barat seperti suling, angklung, arumba, calung dan banyak lagi yang lainnya. Sebagai bahan bangunan rumah dan peralatan rumah tangga bahkan sudah menjadi barang ekspor seperti papan serat bambu, cindera mata dan sumpit. Sedangkan rebung si bambu anakan, adalah sayuran yang sangat digemari dalam masakan Jepang atau masakan Cina.

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, pengembangan bambu belum banyak dilakukan terutama dalam hal budidaya dan kegiatan lainnya. Kegiatannya masih terbatas pada upaya konservasi tanaman bambu. Sedangkan upaya pelatihan, penyuluhan dan pro-mosi boleh dikatakan belum dilakukan.

Pengembangan agribisnis bambu perlu dilakukan sebagai salah satu upaya penyerapan tenaga kerja pedesaan dan kesejahteraan masyarakat.

Mengapa pengembangan agribisnis bambu ini menjanjikan? Sekali lagi ditekankan bahwa kehidupan petani tidak bisa terpisahkan dari bambu. Bahkan untuk ketahanan pangan sekalipun, rebung bambu sangat potensial untuk dibudidayakan. Bagaimana menurut pemikiran kalangan penentu kebijakan di sektor pertanian?

(Materi disampaikan oleh : Nurma Arief El Hadi, A.Md—Penyuluh Pertanian Muda Kabupaten Bekasi)

Sumber : http://bamboeindonesia.wordpress.com/artikel-tentang-bambu/nurma-arief-el-hadi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar