Sabtu, 26 Januari 2013

Menggali Peluang Ekspor untuk Produk dari Bambu

Menggali Peluang Ekspor untuk Produk dari Bambu

Warta Ekspor,  DJPEN/MJL/002/12/2011 Edisi Desember, Kementerian Perdagangan RI
 


Indonesia merupakan negara penghasil bambu yang cukup besar. Banyak manfaat yang diambil dari pohon bamboo, terlihat dari produk-produk yang dihasilkan. Setiap propinsi di Indonesia mempunyai tanaman bambu, baik tumbuh secara liar, ataupun sengaja ditanam di lahan perkebunan.

Bambu merupakan kekayaan hutan bukan kayu yang merupakan bagian dari kekayaan sumber daya hutan Indonesia. Bambu dapat menjadi salah satu alternatif dalam pengurangan penggunaan kayu di hutan yang semakin terbatas keberadaannya. Di desa-desa, pemanfaatan bambu seringkali terlihat pada perlengkapan rumah tangga. Namun, sekarang makin berkembang menjadi berbagai macam keperluan industri, sehingga bagi masyarakat di pedesaan dikategorikan sebagai penunjang utama
perekonomian masyarakat desa.

Beberapa kemudahan dari bamboo, antara lain, penanamannya cukup dilakukan sekali saja karena bambu akan berkembang biak dengan sendirinya  dan mudah tumbuh pada habitat yang sesuai dan selanjutnya dipanen sesuai dengan kebutuhan. Dalam pertumbuhannya. tentunya tidak terlepas dari  pengaruh kondisi lingkungan tempat tumbuh, pola tanam dan teknik pemeliharaan yang memadai.

Dengan demikian, faktor lingkungan penting untuk  diketahui agar dapat berproduksi secara optimal.  Peningkatan penggunaan beberapa jenis bambu  menyebabkan tanaman bambu rakyat tereksploitasi  secara tidak terkendali tanpa diimbangi dengan  tindakan pembudidayaan. Soendjoto (1997)  menyatakan bahwa salah satu bentuk penurunan,  pengrusakan dan pemusnahan ragam hayati adalah  pemanenan tanpa upaya budidaya, penebangan dan  mengintroduksi jenis baru. Belum membudayanya  usaha pelestarian terhadap bambu disebabkan  tegakan-tegakan bambu yang umumnya hidup  pada lahan-lahan rakyat nampaknya masih dianggap  cukup. 

Selain itu, informasi dan pengetahuan tentang  budidaya jenis-jenis bambu masih sangat kurang, demikian pula pengenalan terhadap jenis-jenis  bambu yang ada di Indonesia serta pemanfaatannya. Untuk itu, diperlukan suatu sarana pengembangan  tanaman bambu khususnya pada jenis-jenis yang umumnya telah digunakan maupun yang belum  dikenal oleh masyarakat namun mempunyai banyak manfaat.

1. Lahan Topografi
Bambu tumbuh mulai dari dataran rendah sampai  dataran tinggi 100 – 2200 m di atas permukaan laut.  Walaupun demikian, tidak semua jenis bambu dapat  tumbuh dengan baik di tempat yang tinggi. Namun,  pada tempat-tempat yang lembab atau yang kondisi  curah hujannya tinggi dapat mencapai pertumbuhan  terbaik, seperti di tepi sungai, di tebing-tebing yang  curam. Pada tempat-tempat yang disenangi, umur  tanaman 4 tahun perumpunan sudah dapat terjadi  secara normal, yang mana jumlah rumpun sudah  dapat mencapai 30 batang dengan diameter ratarata di atas 7 cm.

Bentuk Topografi lahan pengembangan bambu  secara umum dapat dibagi 3 macam: berombak, bergelombang dan bergunung. Satuan topografi  berombak mempunyai kemiringan 3%–8%, bergelombang 9%–15% dan bergunung > 30%.

2. Iklim
Umumnya tanaman bambu dapat tumbuh dengan  baik dan tersebar di mana-mana, walaupun dalam pertumbuhannya dapat dipengaruhi oleh keadaan  iklim. Unsur-unsur iklim meliputi sinar matahari, suhu, curah hujan dan kelembaban. Tempat yang  disukai tanaman bambu adalah lahan yang terbuka di mana sinar matahari dapat langsung memasuki  celah-celah rumpun sehingga proses fotosintesis dapat berjalan lancar, selain itu juga dapat mencegah  tumbuhnya cendawan yang akan mengganggu kesuburan tanaman bambu dan dapat berakibat  merubah warna bambu tersebut menjadi kurang baik.

Lingkungan yang sesuai untuk tanaman bambu  adalah bersuhu 8,8°C – 36°C. Tipe iklim untuk tumbuhan bambu mulai dari A, B, C, D sampai E  (mulai dari iklim basah sampai kering). Semakin basah tipe iklim, makin banyak jenis bambu yang dapat tumbuh. Sebab, tanaman bambu termasuk tanaman yang banyak membutuhkan air, yaitu curah hujan minimal 1020 mm/tahun dan kelembaban minimum 76%.

3. Tanah
Jenis tanah di lokasi praktek mulai dari tanah berat sampai ringan, dan mulai dari tanah subur sampai kurang subur. Sementara itu, lembah merupakan tempat yang subur, sedangkan pada bagian bukit yang didominasi oleh pasir yang rata-rata kandungan haranya sangat rendah yang menyebabkan pada bagian ini kurang subur. Sifat fisik tanah pada lokasi praktek dengan pH 5,11 dan memiliki kandungan unsur hara makro (N dan K) dalam kondisi rata-rata rendah sedangkan P yang tersedia dalam keadaan cukup sedangkan kandungan bahan organik  tanah juga sangat rendah yang rata-rata 1,81%. Rata-rata suhu pada siang hari waktu musim penghujan adalah 21°C dengan kelembaban mencapai 75,1%, sedangkan pada musim kemarau rata-rata suhu pada siang hari dapat mencapai 25,83°C dan kelembaban udara rata 61 %.

PENGGUNAAN BAMBU
Di Indonesia terdapat lebih kurang 140 jenis bambu. Bambu merupakan tanaman yang memiliki manfaat sangat penting bagi kehidupan. Semua bagian tanaman mulai dari akar, batang, daun, kelopak, bahkan rebungnya dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan. Untuk lebih jelasnya, berikut ini diuraikan manfaat bambu ditinjau dari setiap bagian tanamannya.

Akar
Akar tanaman bambu dapat berfungsi sebagai penahan erosi guna mencegah bahaya banjir. Tak heran, beberapa jenis bambu yang banyak tumbuh di pinggir sungai atau jurang sesungguhnya berperan penting mempertahankan kelestarian tempat tersebut. Dengan demikian, bambu mempunyai arti yang penting dalam pelestarian lingkungan hidup. Akar tanaman bambu juga dapat berperan dalam menangani limbah beracun akibat keracunan merkuri. Bagian tanaman ini menyaring air yang terkena limbah tersebut melalui serabut-serabut akarnya. Selain itu, akar bambu mampu melakukan penampungan mata air sehingga bermanfaat sebagai sumber penyediaan air sumur.

Daun
Masih banyak orang yang belum tahu, daun bambu termasuk herba potensial. Kandungan flavonoidnya cukup tinggi. Di Cina, ekstrak daun ini dimanfaatkan untuk melindungi jantung. Menurut dr Handoyo, dokter umum di Jakarta, kadar asam turun lantaran daun bambu kaya flavon. Flavon salah satu kelas dari flavonoid. Selain sebagai salah satu sumber antioksidan, flavon juga berperan menghambat oksidasi xantin menjadi asam urat.

Selama ini, bagian tanaman bambu yang sering dimanfaatkan adalah batangnya. Daun dan bagian lainnya cuma jadi limbah. Berbeda dengan yang berlaku di Cina. Di Negeri Tirai Bambu, daun bambu justru memiliki sejarah pengobatan dan pangan yang panjang. Manfaat daun bambu pertama kali diungkap dalam kitab Ming Yi Bie Lu (Catatan Dokter Ternama), yakni untuk meluruhkan dahak serta meredakan batuk dan susah napas. Khasiat lain di antaranya adalah menetralkan racun dalam tubuh.

Kamus Besar Herbal Cina juga menuliskan bahwa daun bambu berfungsi mengeluarkan panas, ampuh mengembalikan cairan, dan bersifat diuretik (melancarkan air seni). Tahun 1998, daun bambu dikategorikan oleh Badan Kesehatan Cina dalam daftar herbal alami untuk obat dan pangan. Cara kerja daun bambu menurunkan kadar asam urat mirip kemangi Ocimum basilicum var. anisatum. Tanaman yang kerap dijadikan lalapan itu biasanya dihindari penderita gout lantaran memicu naiknya kadar asam urat. Padahal, hasil riset secara in vivo yang dilakukan dr Setyo Purwono MKes SpPD, kemangi justru ampuh menurunkan kadar asam urat.

Batang
Batang bambu merupakan bagian yang paling banyak digunakan untuk berbagai macam barang keperluan sehari-hari. Batang bambu, baik yang masih muda maupun yang sudah tua, dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan. Berikut uraian beberapa jenis bambu yang mempunyai manfaat dan nilai ekonomisnya.

1. Dendrocalamus Asper (Bambu Betung)
Bambu Betung sifatnya keras, baik untuk bahan bangunan karena seratnya besar-besar dan ruasnya panjang. Bambu ini dapat dimanfaatkan untuk saluran air, penampung air aren yang disadap, dinding rumah yang dianyam (gedek atau bilik), dan berbagai jenis barang kerajinan.

2. Gigantochloa Verticillata/Gigantochloa Pseudo Arundinacea (Bambu Andong)
Bambu Andong sebagian besar digunakan untuk membuat berbagai jenis kerajinan tangan, bahan bangunan, dan untuk chopstick.



3. Bambusa Vulgaris (Bambu Kuning)
Bambu Kuning digunakan untuk mebel, bahan pembuat kertas, kerajinan tangan dan dapat ditanam di halaman rumah karena cukup menarik sebagai tanaman hias serta untuk obat penyakit kuning atau lever.


4. Bambusa Vulgaris (Bambu Tutul)
Bambu Tutul sebagian besar digunakan untuk furniture, untuk dinding, dan lantai rumah, serta untuk kerajinan tangan.

 

5. Gigantochloa Atroviolacea (Bambu Hitam)
Bambu Hitam sangat baik untuk pembuatan alat musik seperti angklung, gambang, atau calung dan dapat juga digunakan untuk furniture dan bahan kerajinan tangan.

  

 


6. Bambusa Multiplex (Bambu Cendani)
Batang bambu Cendani dapat digunakan untuk tangkai payung, pipa rokok, kerajinan tangan seperti tempat lampu, vas bunga, rak buku, dan berbagi mebel dari bambu.


7. Schizostachyum Blumei (Bambu Tamiang)
Bambu Tamiang paling cocok digunakan untuk sumpit, suling, alat memancing, dan kerajinan tangan.

8. Dendrocalamus Strictus (Bambu Batu)
Batang bambu Batu sangat kuat dan dapat digunakan untuk bahan baku kertas dan untuk bahan anyaman.

9. Gigantochloa Atter (Bambu Ater)
Batang bambu Ater biasanya digunakan orang untuk dinding rumah, pagar, alat-alat rumah tangga  kerajinan tangan dan ada juga yang menggunakan untuk alat musik.

 

 10. Dinochloa Scandens (Bambu Cangkoreh)
Bambu Cangkoreh dapat digunakan untuk anyaman atau tempat jemuran tembakau dan untuk obat misalnya obat tetes mata dan obat cacing.




11. Schizostachyum Brachycladum (Bambu Bali)
Karena penampilan tanamannya unik dan menarik maka bambu ini biasa digunakan sebagai tanaman hias.
12. Bambusa Ventricosa (Bambu Gendang)
Karena bentuk batangnya yang unik dan cukup menarik, bambu ini biasa digunakan sebagai tanaman hias.


13. Bambusa Glaucescens (Bambu Pagar)
Disebut juga Bambu China, Ukuran batang dan daun bambu jenis ini lebih halus dari bambu Jepang. Namun berbeda dengan kedua jenis bambu lainnya, bambu cina tumbuhnya lebih menyemak dan batangnya mudah melengkung. Warna batangnya hijau muda, agak kekuningan.


Bambu ini juga menarik sebagai tanaman hias. Di Indonesia sekitar, 80% batang bambu dimanfaatkan untuk bidang konstruksi. Selebihnya, dimanfaatkan dalam bentuk lainnya seperti kerajinan, furniture, chopstick, industri pulp dan kertas, serta keperluan lainnya.

14. Bambusa Atra (Bambu Loleba)
Bambu loleba dapat digunakan untuk dinding rumah, tali tongkat, bahan anyaman dan sebagai tanaman hias.


15. Arandinari Japonica (Bambu Jepang)
Jenis bambu ini mempunyai bentuk yang khas dengan batangnya yang kecil dan daunnya yang halus. Ukuran daunnya maksimal hanya sepanjang 10 cm. Warna batang dan daunnya hijau pucat. Mirip seperti bambu kuning. Batang bambu Jepang juga tumbuh lurus. Ini membuatnya cocok dijadikan pembatas atau berjajar di sepanjang dinding atau pinggir jalan. Ketika sudah rimbun, bambu Jepang dapat dibentuk.

 


16. Schizostachyum Brachycladum (Bambu Talang)
Bambu Talang banyak digunakan untuk bahan atap, dinding, dan lantai rumah adat Toraja. Selain itu, bambu talang juga digunakan untuk rakit, tempat air, dan bahan kerajinan tangan seperti ukiran dan anyaman.



17. Schizostachyum Zollingeri (Bambu Perling)
Batang bambu Perling dapat digunakan untuk membuat dinding, tali, tirai, dan alat memancing.

18. Thyrsostachys Siamensisi (Bambu Sian)
Bambu ini sangat baik digunakan untuk tangkai payung, dan sebagai tanaman hias karena rumpunnya mempunyai tajuk melebar dengan daun kecil-kecil yang banyak.

 

19. Gigantochloa Apus (Bambu Apus)
Batang bambu Apus berbatang kuat, liat, dan lurus. Jenis ini terkenal paling bagus untuk dijadikan bahan baku kerajinan anyaman karena seratnya yang panjang kuat, dan lentur. Ada juga yang menggunakannya untuk alat musik.

Daun
Daun bambu dapat digunakan sebagai alat pembungkus, misalnya makanan kecil seperti uli dan wajik. Selain itu, dalam pengobatan tradisional,  daun bambu dapat dimanfaatkan sebagai ramuan untuk mengobati demam panas pada anak-anak karena daun bambu mangandung zat yang bersifat mendinginkan. Dengan demikian, panas dalam dapat dengan mudah dihalau. Daun bambu muda yang tumbuh diujung cabang dan berbentuk runcing juga sering digunakan sebagai obat.

Bahan ini sangat mujarab bagi mereka yang tidak tenang pikiran atau malam hari kurang tidur. Dalam perkembangan terakhir di luar negeri, cairan bambu diketahui sangat bermanfaat untuk menyembuhkan lumpuh badan sebelah yang diakibatkan tekanan darah tinggi. Untuk lumpuh badan sebelah ini obat yang terbaik pada saat sekarang adalah ramuan bambu yang digabungkan dengan benalu. Bagi penyakit yang belum begitu berat, obat tersebut dapat membebaskan saluran pembekuan otak yang terhenti sehingga penderita dapat sembuh.

Rebung
Budidaya bambu rebung dapat dilakukan baik didataran rendah maupun dataran tinggi. Bambu dapat tumbuh dan berkembang pada lahan tandus sekalipun. Namun, untuk memperoleh pertumbuhan yang maksimal dan kualitas rebung yang bagus sebaiknya ditanam di lokasi yang subur Dari berbagai macam jenis bambu ternyata hanya beberapa jenis saja yang dapat diambil rebungnya sebagai sayur, yaitu Bambu Petung, Ampel, Wulung, dan satu lagi Bambu Ayam (semua itu adalah namanama yang popular di Desa Cakul, khususnya dusun Nglaran).


Bambu Ayam merupakan jenis bambu yang penghasil rebung dengan kualitas rasa paling bagus. Bahkan untuk memasaknya pun hanya perlu dicuci sampai bersih, diiris-iris, dan kemudian dimasak bersama bumbu. Tidak perlu diebosi (direbus sampai mendidih dan dibuang airnya).

Rebung, tunas bambu atau disebut juga trubus bambu merupakan kuncup bambu muda yang muncul dari dalam tanah yang berasal dari akar rhizome maupun buku-bukunya. Umumnya, rebung masih diselubungi oleh pelepah buluh yang ditutupi oleh miang. Rebung ada yang berbentuk ramping sampai agak membulat, terdiri dari batang-batang yang masif dan pendek. Pada umumnya, rebung diselebungi oleh pelepah buluh hingga mencapai tinggi sekitar 30 cm. Selanjutnya, pelepah buluh tersebut pada jenis bambu tertentu akan gugur.

Rebung dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan yang tergolong ke dalam jenis sayur-sayuran. Namun, tidak semua jenis bambu dapat dimanfaaatkan rebungnya untuk bahan pangan, karena rasanya ada yang pahit. Rebung bambu dari Indonesia semakin digemari oleh masyarakat di Jepang, Korea Selatan, dan RRC. Hal ini dibuktikan oleh permintaan ekspor dari negara tersebut yang banyak tetapi belum dapat dipenuhi.

Tanaman Hias
Tanaman bambu banyak pula yang dimanfaatkan sebagai tanaman hias. Mulai dari jenis bambu kecil, batang kecil, lurus, dan pendek yang banyak ditanam sebagai tanaman pagar di pekarangan. Selain itu, terdapat jenis-jenis bambu hias lain yang dapat dimanfaatkan untuk halaman pekarangan yang luas, halaman terbatas, dan untuk pot.

Bambu hias sekarang tengah banyak dicari konsumen. Alasannya, penampilan tanaman bambu unik dan menawan. Tak heran, bambu pun banyak ditanam sebagai elemen taman. Apalagi makin disukainya taman bergaya Jepang atau tropis yang memasukkan unsur bambu sebagai salah satu daya tariknya. Jenis bambu yang banyak dimanfaatkan sebagai tanaman hias antara lain bambu Kuning, bambu Cendani, bambu Sian, bambu Macan, bambu Jepang, bambu Perling, bambu Talang, bambu Uncue, bambu Loleba, dan lain-lain.



Untuk pemanfaatan di halaman pekarangan yang luas jenis bambu besar bisa digunakan, misalnya bambu Tutul, bambu Ampel yang berwarna hijau mengkilap, bambu Ater, bambu Hitam, bambu Nigra (Phyllostachys Nigra), dan bambu berlekuk (Bambusa Ventricosa). Untuk pekarangan yang terbatas dapat digunakan jenis kecil, yaitu bambu pagar, bambu Uncue (P. aurea), bambu Jepang, bambu Nigra; jenis kerdil, yaitu bambu pagar varietas Elegans, dan bambu Phylostachys sp; jenis bambu yang dapat dipangkas atau dibentuk yaitu bambu pagar, bambu T. siamensis, dan bambu Ampel. Untuk ditanam di dalam pot dapat digunakan jenis bambu pagar, bambu berlekuk, bambu ampel, bambu T. siamensis, bambu Talang janis kuning, bambu Uncue, dan bambu Jepang.

Pengelolaan Bambu
Bambu hidupnya merumpun. Seperti halnya tanaman tebu, bambu mempunyai ruas dan buku. Pada ruas-ruas ini pula dapat tumbuh akar, sehingga memungkinkan bambu untuk memperbanyak dirinya dengan tunas-tunas akar rimpangnya. Pengembangbiakan tanaman bambu dapat dilakukan dengan cara generatif dan vegetatif. Pengembangbiakan secara generatif yaitu dengan melalui biji. Sementara, pengembangbiakan vegetatif, antara lain, dengan stek batang, stek cabang atau stek rhizom. Selain itu, ada cara cepat penyediaan bibit bambu dengan teknik kultur jaringan.

A. Stek Batang dan Stek Cabang
Buku batang dan buku cabang merupakan sumber potensial untuk menghasilkan tunas dan akar. Karena itu, kedua bahan tersebut baik sekali dimanfaatkan sebagai bahan perbanyakan tanaman.
Bahan bibit untuk stek batang dipilih yang berumur lebih kurang 2 tahun. Bagian yang digunakan adalah bagian bawah sampai tengah batang yang mempunyai tunas atau mata tunas. Setelah itu dipotong-potong sekitar 10 cm dari bawah dan atas buku yang terdapat tunas, dengan demikian diperoleh bahan stek batang yang berukuran 20 cm. Selanjutnya, stek batang tersebut disemaikan dengan cara ditancapkan pada guludan sehingga bagian mata tunas atau tunas tertutup tanah.

Bahan bibit yang berasal dari stek cabang dipilih dari  cabang pada batang induk yang berumur sekitar 3 tahun. Cabang itu lalu dipotong mulai dari pangkal yang menempel pada buku batang, setelah itu bagian ujungnya dipotong sehingga diperoleh panjang stek cabang kira-kira 75 cm (3 – 4 ruas cabang). Stek tersebut lalu ditancapkan pada kantong plastik yang  telah disiapkan. 

Adapun keuntungan perbanyakan menggunakan stek batang atau cabang antara lain:

a. Bahan bibit yang didapat lebih banyak;
b. Bibit dapat diperoleh dengan mudah dan murah;
c. Tidak merusak rumput yang tinggal;
d. Waktu pengambilan akan lebih cepat;
e. Kebutuhan bibit untuk areal yang luas lebih memungkinkan;
f. Pembentukan rumput lebih cepat.

Adapun kerugian dari cara pengembangbiakan ini, antara lain, daya tumbuhannya lebih rendah dibandingkan dengan rimpang, kurang tahan terdapat kekeringan, terbatas untuk jenis-jenis tertentu, dan resiko kegagalan cukup besar. Daya tumbuh tunas stek rendah karena dalam ruas stek tidak tersedia cadangan makanan yang cukup. Ratarata daya tumbuh stek batang di lapangan umumnya kurang dari 40%. Akan tetapi, dengan perlakuan khusus di persemaian daya tumbuh stek batang bambu tutul (B. Vulgaris) dapat meningkat menjadi 85% dan bambu ater (G. Aatter) menjadi 60%.

B. Stek Rhizome
Rhizom atau rimpang adalah akar-akar yang mampu memberikan pertumbuhan tunas sebagai calon batang muda. Perbanyakan dengan stek rhizom sudah biasa dilakukan dibandingkan dengan stek batang atau cabang. Stek ini tidak perlu disemaikan terlebih dulu karena ukurannya relatif besar, kecuali untuk jenis bambu yang ukuran batangnya kecil. Hal yang perlu diperhatikan adalah pemilihan batang bambu yang rhizomnya bisa digunakan untuk bibit. Gunakan batang bambu yang berumur sekitar 2 tahun. Hal ini dimaksudkan untuk mengatasi terjadinya kekeringan pada waktu di lapangan yang sering terjadi bila menggunakan bibit dari batang  muda.

Selain itu, beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan stek rhizom sebagai berikut:
a) Pada rhizom harus ada beberapa kuncup tidur;
b) Bibit harus diambil secara hati-hati jangan sampai rusak;
c) Pengumpulan bibit dilakukan sebelum pembentukan rebung-rebung baru;
d) Pengambilan bibit sebaiknya dilakukan pada hari penanaman;
e) Sebaiknya bibit jangan disimpan, kalaupun disimpan harus dalam keadaan lembab.

Setelah ditentukan batang yang rhizomnya akan digunakan untuk bibit, dilakukan pemotongan pada buku ke 3 – 4 atau sekitar 100 cm dari bawah. Setelah itu rhizom digali dan dipisahkan dari induk rhizom. Stek rhizom yang diperoleh dibersihkan dari akarakar serabut dengan cara dipotong dan ditempatkan pada air mengalir untuk merangsang munculnya akar-akar baru. Sebaiknya pengambilan stek rhizom ini dilakukan pada musim hujan. Perbanyakan tanaman dengan stek rhizom banyak dilakukan masyarakat. Dengan cara ini bibit bambu tumbuh lebih cepat dan lebih kuat, karena pada akar rimpang banyak mengandung bahan makanan dan air yang diperlukan untuk pertumbuhan tunas. 

Akan tetapi cara perbanyakan ini ada juga kekurangannya karena tidak praktis, rhizom harus didongkel dan dipisahkan dari tanaman induknya, volumenya besar, di samping itu berat untuk ditangani dan diangkut. Ketersediaan rhizom yang terbatas ini menjadi kendala untuk digunakan sebagai bibit dalam skala yang besar.

C. Kultur Jaringan
Penanaman bambu dalam skala yang luas memerlukan penyediaan bibit dalam jumlah besar dan cepat. Masalahnya bibit yang diperoleh melalui biji, stek batang, dan rhizom masih terbatas. Untuk mengatasi kendala pengadaan bibit itu Puslitbang Bioteknologi LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) telah melakukan percobaan perbanyakan bambu dengan kultur jaringan.

Kultur jaringan adalah teknik untuk mengisolasi dan menumbuhkan bagian-bagian tanaman (bisa berupa protoplas, sel, kelompok sel, atau organ) pada media buatan yang aseptik dan mengandung semua unsur hara dalam wadah tembus pandang. Pengembangbiakan bambu dengan kultur jaringan dapat dilakukan dengan biji, bisa juga dengan tunas muda. Dengan teknik kultur jaringan dapat dihasilkan lebih dari 50 tunas bambu dalam 1 botol kecil dalam waktu kurang lebih 2 bulan.

D. Persemaian
Tempat persemaian untuk stek batang berdiameter lebih besar tidak sama dengan untuk stek cabang yang berdiameter lebih kecil. Pada persemaian stek batang dibuatkan gula dan yang tanahnya sudah digemburkan dan diberi atap persemaian dari plastik setinggi 150 cm. Lebar gulu dan kira-kira 100 cm, tinggi 40 cm, dan panjangnya tergantung dari kebutuhan. Untuk persemaian stek cabang persiapannya seperti pada pembibitan dengan biji, yakni menggunakan kantong plastik berukuran 15 x 25 cm, lalu disusun rapi dan diberi atap. Pembuatan  persemaian bibit hendaknya dimulai pada musim hujan, karena tingkat kelembaban udara yang tinggi sangat membantu pertumbuhan tunas. 
Pemindahan anakan bibit ke lapangan dilakukan setelah berumur 1 tahun.

E. Penanaman
Membudidayakan bambu tidaklah sulit. Cara penanaman bambu untuk diambil rebungnya sama saja dengan tanaman yang akan diambil batangnya. Penanaman bambu sebaiknya dilakukan pada musim hujan. Sebelum penanaman hendaknya disiapkan terlebih dahulu tanah yang akan ditanami.

1. Persiapan Tanaman
Penanaman bambu bisa dilakukan di kebun, tanah yang terlantar, tepi sungai, atau di pekarangan. Sebelum penanaman dilakukan pembukaan lahan, lahan dibersihkan dari semak belukar, bebatuan, atau kotoran lain. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pengolahan tanah. Bila penanaman akan dilakukan pada tanah yang miring sebaiknya dibuat teras-teras dahulu.

Setelah lahan dibersihkan dilakukan penentuan jarak tanaman. Dengan pengukuran ditentukan titik-titik penanaman yang kemudian ditandai dengan ajir. Penanaman sebaiknya dilakukan dengan jarak yang tidak terlalu rapat. Hal ini bertujuan agar tanaman memperoleh makanan, sinar matahari, angin, dan udara yang cukup. Jarak tanaman dibuat berukuran 5 x 5 m, 4 x 4 m atau 3 x 3 m tergantung jenis bambu. Makin besar ukuran batang dalam rumpun, jaraknya  makin lebar seperti bambu betung.

Selanjutnya, tanah pada ajir-ajir tersebut digali dan dibuat lubang tanam. Ukuran lubang 30 x 30 x 30 cm atau 40 x 40 x 40 cm. Tanah galian diletakkan dikirikanan lubang dan selanjutnya diberi pupuk kandang atau kompos sebanyak 15 kg. Campuran tersebut lalu diaduk dengan tanah dan dibiarkan selama 2 minggu. Kemudian, ajir dipasang kembali di tengah lubang tanam untuk memudahkan pengenalan tempat tanam.

2. Cara Penanaman
Bibit yang akan digunakan sebaiknya dalam keadaan segar. Bibit dimasukkan ke lubang tanam dengan posisi tunas atau anakan tegak ke arah atas, lalu ditimbun tanah. Pada saat tanam tambahkan pula pupuk buatan yaitu Urea, TSP, dan KCl dengan perbandingan 3:2:1 sebanyak 600 kg/ha. Pupuk diberikan melingkari tanaman karena rumpun akan tumbuh di sekeliling tanaman induknya. Setelah itu tanah di sekitar bibit dipadatkan dan ditinggikan sekitar 5 – 10 cm.

F. Pemeliharaan
Tanaman bambu yang dibudidayakan perlu juga pemeliharaan. Meskipun demikian, pemeliharaan tanaman bambu tidak intensif, sehingga tidak terlalu merepotkan pemiliknya. Tindakan pemeliharaan tanaman bambu antara lain meliputi pemangkasan, penyiangan, pembumbunan, dan pemupukan.

1. Pemangkasan
Pemangkasan pada tanaman bambu dilakukan dengan memotong cabang-cabang bawah setinggi 2 – 3 m. Cabang-cabang yang dikurangi akan membuat aliran zat makanan lebih terkonsentrasi ke batang utama. Dengan demikian diharapkan dapat diperoleh batang bambu yang diameternya lebih besar dan berkualitas baik. Pemangkasan dapat pula membantu aliran udara atau kondisi aerasi menjadi lebih baik, sehingga mengurangi gangguan hama atau penyakit. Ini juga bertujuan untuk menstimulasi pertumbuhan rebung. Pada tanaman bambu yang dipangkas selain rebung rajin muncul biasanya ukurannya pun lebih besar. Pemangkasan biasanya dilakukan pada awal musim hujan.

2. Penyiangan
Dalam penanaman bambu, kondisi lingkungan yang harus dikendalikan adalah kelembaban tanah. Tanaman bambu perlu disiangi agar bebas dari gulma atau tanaman lain yang mengganggu. Lakukan penyiangan dengan mencabuti rerumputan di sekitar pokok utama. Kotoran yang sering tersangkut di pokok bambu berupa bagian tanaman mati, sampah, sarang binatang, atau apa saja sebaiknya dibersihkan.

3. Pemupukan
Seperti tanaman yang lain, bambu juga perlu diberi pupuk. Pemupukan ini berguna untuk meningkatkan jumlah batang dan membantu pertumbuhan tanaman. Pupuk yang digunakan adalah Urea, TSP, dan KCl. Dosis pupuk yang digunakan belum ada ketentuan yang pasti karena berapa pun pupuk yang diberikan pasti diserap tanaman bambu. Tanaman bambu tergolong tumbuhan yang banyak menyerap unsur hara, sedangkan unsur yang dikembalikan ke tanah relatif kecil. Pemupukan dilakukan pada awal dan akhir musim hujan. Sebelum pemupukan, tanah di sekitar rumpun digemburkan dan digali terlebih  dahulu. Selanjutnya, pupuk ditaburkan merata melingkari rumpun lalu tanah dirapikan kembali.

G. Pengendalian Hama dan Penyakit
Tanaman bambu sering juga mengalami gangguan hama penyakit. Namun, serangan ini biasanya kurang diperhatikan karena dapat dikatakan belum terlalu mengganggu pertumbuhan tanaman. Jenis gangguan yang sering dialami tanaman bambu adalah hama ulat, kumbang, bubuk atau hama dan rayap.

Khusus untuk kumbang bubuk, tidak semua jenis bambu disukainya. Sebenarnya yang disukai oleh hama ini adalah zat pati yang terdapat dalam jaringan serat bambu. Setiap jenis bambu memiliki kandungan pati yang berbeda-beda. Sebagai contoh bambu ampel, lebih disukai hama bubuk karena kandungan patinya lebih tinggi daripada bambu betung, bambu wulung, atau bambu apus. Kandungan pati umumnya tergantung musim, kandungan tertinggi ialah pada saat rebung muncul. 

Setelah itu, kandungan pati akan turun setelah rebung tumbuh. Pada umur 1 dan 2 tahun kandungan zat pati bambu tinggi. Pada umur lebih tua kandungannya lebih rendah, biasanya serangan kumbang bubuk lebih banyak dijumpai pada saat rebung muncul dan tanaman masih berumur sekitar 1 – 2 tahun. Meskipun demikian, batang bambu yang sudah dipanen pun masih kemungkinan diserang. Kumbang bubuk berupa hama perusak yang paling berbahaya bagi tanaman bambu. Jenisnya pun cukup banyak. Ada Dinoderus minutus, D. brevis, Conarthrus filiformis, C. praeustus, Tillus notatus, dan Myocalandra exarata. Hama ini menggerek sambil memakan jaringan bambu. Pengerekan dilakukan pada bekas potongan melintang batang,  dinding bambu bagian dalam, atau bagian bambu yang pecah dan terluka. Luka pada batang ini dapat terjadi karena pemotongan cabang, pembelahan bambu, atau penghalusan ruas. Kotoran serangga ini berupa serbuk dan diangkut sendiri keluar dari batang bambu. Lama kelamaan batang bambu akan berubah menjadi serbuk atau bubuk. Hal ini pula yang mendasari pemberian nama kumbang bubuk pada hama pengerek ini.

Petani biasanya tidak melakukan tindakan khusus terhadap hama tersebut karena serangan yang ditemui relatif jarang. Seandainya serangan hama tersebut ditemui biasanya hanya dilakukan tindakan manual yakni membunuh serangga pengganggu yang ditemui.

Untuk serangan penyakit, biasanya tanaman bambu yang tumbuh di Indonesia tidak mempermasalahkan ini. Namun, bisa jadi di masa mendatang beberapa penyakit dapat menimbulkan gejala yang berbahaya terhadap tanaman bambu sehingga hal ini perlu diantisipasi.  Tindakan preventif dengan menjaga kebersihan dan kelembaban secara tidak berlebihan di sekitar rumpun bambu amatlah baik untuk pertumbuhan tanaman.

Hadir untuk mengangkat citra bambu dengan menghasilkan produk berkualitas yang indah, kuat, dan tahan lama. Bambu yang dipanen dengan benar dan diawetkan merupakan bahan yang kuat, fleksibel, dan murah, yang dapat dijadikan bahan alternatif pengganti kayu yang kian langka dan mahal. Mengapa menggunakan bambu? Berikut adalah beberapa fakta menarik tentang bambu:
  • Sumberdaya terbarukan; dapat dipanen dalam waktu hanya 3-5 tahun dibandingkan dengan 20-50 tahun pada kebanyakan jenis kayu keras. Produksi biomasa bambu diperkirakan sekitar 20-30 ton per hektar per tahun.
  • Berlimpah; ada lebih dari 1.500 spesies di seluruh dunia, di Indonesia juga ditemukan lebih dari 100 jenis bambu yang hampir seluruhnya dapat dimanfaatkan.
  • Lebih kuat dari baja. Jenis-jenis bamboo tertentu memiliki kekuatan tensil hingga 28.000 per inci, dibandingkan dengan baja yang memiliki tensil 23.000.
  • Meningkatkan pendapatan petani. Bambu tumbuh di kawasan pedesaan dan kebanyakan dimiliki oleh petani miskin. Memanfaatkan bambu secara lestari dapat membantu menambah penghasilan petani.
  • Rumah yang aman. Lebih dari satu miliar orang tinggal di rumah bambu. Dalam berbagai  kejadian, rumah bambu terbuki tahan terhadap gempa bumi.
  • Eksotis, indah. Bambu secara alami adalah bahan yang indah dan eksotis, dapat diaplikasikan menjadi berbagai macam produk yang bermanfaat.
Sumber: SahabatBambu.com
Sumber : http://bamboeindonesia.wordpress.com/artikel-tentang-bambu/ekspor-produk-bambu/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar